Entri Populer

Senin, 16 Januari 2012

MAKALAH LETAK GEOGRAFIS SULAWESI TENGAH DALAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah berkenan memelihara dan membimbing Kita sehingga kita dapat menyelesaikan penulisan makalah ini walaupun masih dalam bentuk yang sangat sederhana.
Makalah ini berjudul “ LETAK GEOGRAFIS SULAWESI TENGAH DALAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN ’’ yang disusun sebagai salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Kajian Lingkungan Hidup di Universitas Tadulako-Palu. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing mata  kuliah ini yang telah dengan sabar memberikan arahan dan ilmu-Nya sehingga makalah ini dapat diselesakan.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari dan memahami tentang letak geografis sulawesi Tengah dalam pengembangan lingkungan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari teman-teman sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.




                                                                                     Palu, 18 oktober 2011

Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
A.           LATAR BELAKANG
Undang-Undang 1945, pasal 33 ayat 3, mengamanatkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan dasar itu, setiap upaya pengelolaan sumber alam perlu dilakukan secara terencana, terkoordinasi dan terpadu dengan sumber daya manusia serta sumber daya buatan dalam pola pembangunan yang berkelanjutan.
Pembangunan dan pengembangan lingkungan hidup, penataan ruang dan pertanahan pada suatu daerah yang di sesuaikan keadaan geografisnya adalah upaya kearah perwujudan amanah tersebut. Tujuannya adalah agar pengelolaan dan pendayagunaan sumber alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung  jawab serta sesuai dengan potensi dan kemampuan daya dukungnya. Pembangunan lingkungan hidup, penataan ruang, dan pertanahan  dalam suatu daerah sesuai dengan amanah GBHN 1993 diselenggarakan untuk meningkatkan penataan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai daya dukung, potensi dan keseimbangan pemanfaatan sumber daya alam, serta pengendalian yang handal dan konsisten terhadap pemanfaatan ruang dan sumber daya alam. Dengan demikian pembangunan dapat diselenggarakan secara berke­lanjutan, tertib, efisien, dan efektif.
Pembangunan lingkungan hidup diarahkan pada terwujudnya kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam keseimbangan dan keserasian yang dinamis dengan perkembangan kependudukan dan upaya pembangunan nasional untuk menjamin pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam Repelita VI pembangunan lingkungan hidup mengupayakan meningkatnya kemampuan kelembagaan dalam pengelolaan lingkungan hidup mulai dari. tingkat pusat hingga tingkat daerah, meluasnya kapasitas pengendalian dampak lingkungan dan kemampuan untuk melakukan rehabilitasi kawasan yang rusak, serta berkembangnya kesadaran lingkungan di masyarakat yang dimanifestasikan dalam perilaku sehari-hari yang bersahabat dengan lingkungan hidup.
Dalam rangka memperoleh informasi tentang potensi sumber daya alam dan lingkungan telah dilaksanakan serangkaian inventarisasi dan evaluasi terhadap sumber daya alam penting. Dalam rangka itu telah dibuat penetapan tata batas kawasan hutan tetap sepanjang 62,4 ribu kilometer. Selanjutnya sampai dengan tahun 1997/98 telah diselesaikan peta rupa bumi sebanyak 2.926 nomor lembar peta (n1p) pada berbagai skala. Informasi potensi sumberdaya alam yang terdapat dalam berbagai kawasan memperlihatkan jumlah, mutu dan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup nasional. Dalam upaya pelestarian sumber daya alam telah ditetapkan kawasan seluas 12,5 juta hektare sebagai kawasan konservasi darat dan laut.
Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah, terletak antara 2° lintang utara - 3° lintang selatan dan 119° - 124° bujur timur, merupakan wilayah daratan yang berbatasan di sebelah utara dengan Propinsi Sulawesi Utara, di sebelah timur dengan Laut Maluku, di sebelah selatan dengan Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, dan di sebelah barat dengan Selat Makassar.
Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah mencakup areal seluas 63.689 kilometer persegi. Pada tahun 1990, tata guna lahan di wilayah Propinsi Sulawesi Tengah meliputi areal hutan seluas 39.806 kilometer persegi atau 62,5 persen, areal semak belukar seluas 3.949 kilometer persegi atau 6,2 persen, padang rumput seluas 2.102 kilometer persegi atau 3,3 persen, areal ladang seluas 1.465 kilometer persegi atau 2,3 persen, dataran tinggi seluas 828 kilometer persegi atau 1,3 persen, areal sawah seluas 1.465 kilo-meter persegi atau 2,3 persen, areal perkebunan seluas 1.529 kilometer persegi atau 2,4 persen, areal perairan darat seluas 382kilometer persegi atau 0,6 persen, daerah tandus seluas 64 kilome­ter persegi atau 0,1 persen, areal pemukiman seluas 382 kilometer persegi atau 0,6 persen, dan budi daya lainnya 11.719 kilometer persegi atau 18,4 persen dari seluruh luas wilayah.
Propinsi Sulawesi Tengah terdiri dari wilayah pegunungan dan perbukitan yang mencakup sebagian besar wilayah propinsi, serta dataran rendah yang umumnya tersebar di sepanjang pantai dan sekitarnya. Dataran wilayah Sulawesi Tengah mempunyai keting­gian dari permukaan laut berkisar dari 100-1000 meter. Wilayah ini memiliki dua buah danau, yaitu Danau Poso dan Lindu, dan beberapa sungai yang cukup besar, yaitu Sungai Palu, Poso, Ba­lingara, Bunta, Toima, Mentaya, Minahaki, Sinorang, dan Kalu­bangan, serta beberapa gunung, yaitu Gunung Sonjol, Bulu      Tumpu, Hohoban, Balantak Tompotika, Witimpondo, Mungku, Mapipi, Nokilalaki, dan Gunung Loli. Iklim daerah Sulawesi Tengah termasuk tropis secara tetap dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim barat yang kering dan musim timur yang banyak membawa uap air sehingga curah hujan bervariasi antara 800- 3.000 milimeter per tahun. Suhu udara di Propinsi Sulawesi   Tengah untuk dataran tinggi berkisar 20° - 30° Celcius dan di daerah dataran rendah berkisar antara 25° - 31° Celcius. Propinsi Sulawesi Tengah mempunyai ciri rawan terhadap bencana, antara lain erosi tanah, banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan.
Lahan di Propinsi Sulawesi Tengah sebagian besar telah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, terutama perkebunan, holtikultura, pertanian pangan dan kehutanan. Selain itu, wilayah ini masih memiliki beberapa sumber daya alam lain yang memiliki potensi untuk dikembangkan, antara lain pertambangan, kehutanan, perikanan darat dan perikanan laut, serta perindustrian.
Propinsi Sulawesi Tengah memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat-istiadat, tradisi, kesenian, dan bahasa. Masyarakat Sulawesi Tengah terdiri atas berbagai suku, antara lain suku Buol, Toli Toli, Tomini, Banggai, Kaili, Mori, dan Pamona yang masing-masing memiliki kebudayaan dan adat istiadatnya.. Penduduk propinsi ini sebagian besar beragama Islam (76,6 persen), selebihnya beragama Kristen Protestan (20,5 persen), Hindu (2,7 persen), dan lainnya (0,2 persen).
Secara administratif, Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah terdiri atas empat kabupaten daerah tingkat II, yakni Kabupaten Donggala, Luwuk, Poso, dan Buol Toli Toli. Dalam wilayah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah terdapat satu kota administratif, yaitu Palu sebagai ibukota propinsi, dan 62 wilayah kecamatan, serta 1.302 desa dan kelurahan


BAB II
PEMBAHASAN
  A.    Kondisi Geografis, Topografis, dan Klimatologi Provinsi Sulawesi Tengah

Provinsi Sulawesi Tengah terletak di bagian tengah Pulau Sulawesi, memiliki luas wilayah daratan 63.678 Km2 atau 36,47 persen dari luas Pulau Sulawesi dan perairan laut seluas 193.923,75 Km2. Posisi geografis Provinsi Sulawesi Tengah terletak antara 2022’ Lintang Utara dan 3048’ Lintang Selatan serta 119022’ dan 124022’ Bujur Timur dengan batas-batas wilayah, sebagai berikut :
Ø  Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo
Ø  Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Maluku dan Maluku Utara
Ø  Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tenggara
Ø  Sebelah Barat berbatsan dengan Selat Makassar dan Provinsi Sulawesi Barat
Musim di Sulawesi Tengah dipengaruhi oleh dua musim secara tetap yaitu musim barat yang kering dan musim timur yang banyak membawa Uap air. Musim timur terjadi sekitar bulan April sampai dengan September yang ditandai dengan banyak curah hujan, sedangkan msim barat sekitar bulan Oktober sampai dengan Maret yang ditandai dengan kurangnya curah hujan. Sedangkan suhu udara untuk dataran tinggi berkisar antara 22,60o C – 24,30o C dan di daerah dataran rendah berkisar 31,10o C – 35,9o C, dengan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 66 – 82 persen.
Berdasarkan letak geografis Provinsi Sulawesi Tengah, maka terdapat potensi-potensi dari berbagai sektor, yaitu sebagai berikut :

1.      Potensi Sektor Pertanian dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Tengah
Jumlah produksi padi (sawah dan ladang) Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2009 mencapai 953.396 ton dengan luas areal panen 211.232 Ha dan tingkat produktifitas lahan sebesar 45,14 kw/ha, yang berimplikasi terhadap surplus beras pada tahun 2009 sebesar 205,186 ton.
Untuk sektor perkebunan, pada tahun 2009 jumlah produsi kelapa sawit mencapai 251.632 Ton, dengan luas areal panen sebesar 61.386 Ha dan produksi terbesar berada di Kabupaten Morowali. Selanjutnya kelapa dengan produksi mencapai 225.815 ton dan luas areal panen 177.581 Ha dengan Produksi terbesar di Kabupaten Donggala. Produksi kakao sebagai produk unggulan dan terbesar ke 3 di Indonesia, yaitu produksi mencapai 212.073 ton dengan luas areal panen 225.523 Ha, dimana Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Poso dan Kabupaten Donggala merupakan penyumbang terbesar produksi terbesar kakao di Provinsi Sulawesi Tengah.
Capaian pembangunan di bidang sektor pertanian secara umum cukup memberikan hasil yang menggembirakan, dengan kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 40,45 persen pada tahun 2009.
2.      Potensi Sektor Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah
Pada sektor kehutanan, produksi hasil hutan masih memberikan andil yang cukup berarti bagi perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah. Pada tahun 2009-2010 jumlah produksi kayu bulat mencapai 41.376,34 ton dan rotan dengan produksi mencapai 11.121,22 ton.
3.      Potensi Sektor Peternakan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah
Dari sisi sektor peternakan, populasi berbagai jenis ternak terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 jumlah populasi ternak besar mencapai 219.046 ekor, populasi ternak kecil mencapai 588.690 ekor dan populasi unggas mencapai 9.795.440 ekor.
Dari sektor kelautan dan perikanan, potensi perairan laut dengan luas 193.923,75 Km2 banyak mengandung berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya, yang terbagi dalam 3 zona yaitu :
Ø  Selat Makassar dan laut Sulawesi (sebesar 929.700 ton)
Ø  Teluk Tomini (sebesar 595.620 ton)
Ø  Teluk Solo (sebesar 68.456 ton)
Potensi sumber daya ikan di perairan tersebut kurang lebih sebanyak 330.000 ton per tahun. Sedangkan ikan yang bisa dikelola secara lestari sekitar 214.000 ton per tahun. Di Teluk Tolo terdapat 68.000 ton per tahun, Teluk Tomini 78.000 ton per tahun, Selat Makassar dan      Laut Sulawesi 68.000 ton per tahun. Dari potensi ikan lestari tersebut jumlah ikan yang dapat ditangkap sebesar 217.280 ton per tahun atau tingkat pemanfaatan sampai dengan saat ini baru mencapai 46,2 persen.
Pada tahun 2009, jumlah produksi perikanan tangkap mencapai 134.014,34 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 780.166.000.000,- sedangkan produksi perikanan budidaya mencapai 542.673,7 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 1.608.083.000.000,-.
4.      Potensi Sektor Pertambangan Provinsi Sulawesi Tengah
Di Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah terdapat potensi bahan galian dan mineral yang cukup berlimpah. Sumber daya bahan galian dan mineral yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah antara lain bahan galian golongan A (strategis) antara lain minyak dan gas bumi, batu bara, dan nikel ; bahan galian golongan B (vital) antara lain emas, molibdenum, chronit, tembaga dan belerang; dan bahan galian golongan C (bukan strategis dan vital) antara lain sirtukil, granit, marmer, pasir kuarsa, pasir besi, lempung dan sebagainya. Potensi tersebut ada yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut, ada juga yang sudah dieksplorasi dan dieksploitasi. Salah satu potensi yang menjadi menjadi perhatian saat ini adalah potensi emas yang terdapat di Poboya kota Palu dan potensi gas di Donggi Senoro Kabupaten Banggai dengan potensi gas alam yang sangat besar.

·         Potensi Batubara, yang terdapat di Desa Ensa, Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali dan Desa sekitar Toaya dan Tamarenja, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala dengan lokasi penyebaran sekitar 15 Ha.
·         Potensi Biji Nikel, yang terdapat di Kecamatan Petasia, Keacamatan Bungku Tengah, dan Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali dengan luas wilayah tambang 36.635 Ha dan Kabupaten Banggai dan Kabupaten Tojo Una Una dengan total luas areal keseluruhan sebesar 322.200 Ha, dengan potensi cadangan nikel sebesar 8 juta WMT.
·         Potensi Emas, yang terdapat di kecamatan Palu Selatan dan Palu Utara, Kota Palu dengan luas wilayah tambang 561.050 Ha; Kecamatan Parigi dan Moutong, Kabupaten Parigi Moutong dengan luas wilayah tambang 46.400 Ha; Kecamatan Paleleh, Bunobogu, Dondo, Kabupaten Buol dengan las wilayah tambang 746.400 Ha; Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso dengan luas wilayah tambang 19.180 Ha; dan Kecamatan Sigi Biromaru, kabpaten Sigi dengan luas wilayah tambang 228.700 Ha.
·         Potensi Granit, yang terdapat di Kabpaten Tolitoli, Kabupaten Poso, Kabupaten Donggala, Kabupaten Banggai, dan Kabupaten Banggai Kepulauan.
·         Potensi Chromit, yang terdapat di Kecamatan Mori Atas, Kecamatan Bungku Barat dan Bungku Tengah, Kabupaten Morowali (1.003 Ha); Kecamatan Momunu, Kabupaten Buol; Kecamatan Bulangi, Kabupaten Banggai Kepulauan.
·         Potensi Gas Bumi, yang terdapat di Donggi dan Senaro, kabupaten Banggai dengan perkiraan cadangan sebesar 20-28 triliyun kaki kubik (TCF).  

  B.     PROFIL DAN POTENSI KABUPATEN/KOTA PROVINSI SULAWESI TENGAH
1.      Kota Palu
a.      Gambaran Umum
Kota palu merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah dengan luas wilayah 395,06 km2.
b.      Potensi Daerah
Pada tahun 2009 produksi kakao Kota Palu diperkirakan sebesar 56 ton dengan luas tanam 168 Ha. Produksi kakao tersebut disuplai oleh 3 (tiga) kabupaten terbesar sebagai penghasil Kakao di Sulawesi Tengah yaitu Kabupaten Donggala, Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Poso. Sebagai komoditi yang menjadi fokus penduduk unggulan, capaian nilai ekspor kakao yang keluar dari pinti pelabuhan Pantoloan mencapai 120.000 ton hingga 180.000 ton.
Luas kawasan hutan di Kota Palu adalah 17.306 ha, yang terdiri atas Taman Hutan Rakyat (Tahura) seluas 5.789 ha, Hutan Lindung seluas 7.141 ha, dan Hutan Produksi Terbatas 4.376 ha salah satu hasil hutan yang juga merupakan komoditas unggulan kota Palu yaitu rotan.
Luas perairan Teluk Palu yang berada dalam wilayah pengelolaan Pemda Kota Palu adalah 189 km2. Produksi perikanan laut di Kota Palu tahun 2009 sebesar 2.789,5 ton dengan nilai produksi 57,779 miliar rupiah.
2.      Kabupaten Banggai Kepulauan
a.      Gambaran Umum
Luas wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan adalah 3.214,46 km2 dan luas wilayah laut 18.828,10 km2 atau enam kali lipat dari luas daratan. Kabupaten Banggai Kepulauan dipengaruhi oleh dua musim secara tetap, yaitu musim hujan dan musim kering. Puncak musim hujan terjadi pada bulan Maret  yang ditandai dengan curah hujan dan jumlah hari hujan dengan jumlah curah hujan antara 66-235 mm; selain itu ada musim panas, walaupun masih terdapat sedikit hujan yaitu pada bulan September sampai dengan bulan Nopember dengan jumlah hari hujan antara 14-23 hari. Keadaan suhu berdasarkan data dari stasiun metereologi Bubung Luwuk, menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata antara 16,0 oC-28,90 oC. Kelembaban udara rata-rata 76-83, curah hujan per tahun 2000 mm- 2330 mm dengan kecepatan angin berkisar antara 3-6 knot.
b.      Potensi Daerah
Beberapa jenis tanaman pangan yang telah dikembangkan di Kabupaten Banggai Kepulauan yaitu padi, Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Tomat, Kacang Tanah, Kacang Kedele dan Kacang Hijau.
Kabupaten Banggai kepulauan juga memiliki komoditi unggulan di bidang perkebunan misalnya kelapa, Kelapa Sawit, Kakao, Jambu Mente dan Karet.
 Kabupaten Banggai Kepulauan memiliki areal hutan seluas 158.669 ha, yang terdiri dari hutan lindung 51.336 ha, hutan produksi biasanya tetap 38.291 ha, hutan produksi terbatas 49.691 ha dan hutan yangdapat dikonversi 19.351 ha. Ada empat jenis kayu yangdihasilkan di Hutan Kabupaten Banggai Kepulauan yaitu kayu rimba logs, kayu gergajian, rotan, dan kayu bakar. Kontribusi sub sektor kehutanan terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Banggai Kepulauan mencapai 5,73 persen.
Peternakan di Kabupaten Banggai Kepulauan sangat potensial karena ditunjang oleh hamparan padang rumput/alang-alang. Terdapat luasan hamparan sebesar 5.500 hektar yang tersebar di seluruh kecamatan.
3.      Kabupaten Banggai
a.      Gambaran umum
Luas wilayah Kabupaten Banggai 9.672,70 Km2 atau sekitar 14,22 persen dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Tengah dan wilayah teritorial laut 20.309,68 km2 serta panjang garis pantai sepanjang 613,25 Km.
Kabupaten Banggai dengan Ibu Kota Luwuk hingga tahun 2009 secara administratif terdiri dari pegunungan dan perbukitan, sedangkan daratan rendah yang ada pada umumnya terletak di sepanjang pesisir pantai.
b.                   Potensi Daerah
Komoditas unggulan tanaman perkebunan di Kabupaten Banggai adalah komoditi Kelapa, kelapa sawit, kakao dan karet.
Hutan yang sangat luas dengan kekayaan di dalamnya, dengan pengelolaan yang tepat tanpa merusak ekosistem yang ada merupakan suatu sumber ekonomi yang besar. Produksi yang dihasilkan meliputi kayu belahan/potongan (kayu pertukangan), kayu bakar, bambu, rotan, damar dan sebagainya.
Kabupaten Banggai memiliki Hutan Lindung seluas 169.669 ha, Hutan Produksi Biasa Tetap seluas 55.526 ha, Hutan Produksi Terbatas seluas 309.113 ha serta hutan suaka Alam dan Hutan Wisata seluas 23.726 ha.
4.      Kabupaten Morowali
a.      Gambaran umum
Kabupaten Morowali merupakan daerah tropis memiliki dua musim kemarau dan musim hujan. Tahun 2009 curah hujan rata-rata yang tercatat di Stasiun Beteleme terendah berkisar 2.280 mm, dan tertinggi 3.513 mm. Berdasarkan klasifikasi Schmidt-Fergusson wilayah Morowali tergolong iklim A atau sangat basah dengan suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25,80 oC sampai 28,40 oC.
b.      Potensi Daerah
Di sektor perkebunan daerah ini memiliki komoditi utama nasional, yaitu kelapa sawit, kakao, kelapa dan jambu mete.
 Kabupaten Morowali memiliki potensi sumber daya hutan yang cukup besar. Kabupaten Morowali memiliki hutan seluas 1.158.846 ha, terdiri dari Hutan Lindung seluas 436.756 ha, Hutan Produksi Biasa Tetap seluas 181.366 ha, Hutan Produksi Terbatas seluas 238.177 ha, Hutan yang dapat dikonversi seluas 61.216 hadan Hutan Suaka Alam serta Hutan Wisata seluas 241.331 ha.
 Berdasarkan kondisi geografi  dan topografinya, Kabupaten Morowali memiliki potensi perikanan yang sangat besar.
5.      Profil Kabupaten Poso
a.      Gambaran umum
Luas wilayah kabupaten Poso adalah 8.712,25  atau 12,8% dari luas Provinsi Sulawesi Tengah. Kota Poso terletak dibibir pantai menghadap teluk Tomini di salah satu lengkungan ‘lengan’ pulau Sulawesi. Hal ini membuat posisi Kabupaten Poso menjadi sangat strategis ditengah-tengah pulau Sulawesi.
b.      Potensi Daerah

Kabupaten Poso memiliki potensi perkebunan yang cukup signifikan seperti kakao, kelapa, kopi, cengkeh dan vanili sebagai produk utama.
Hutan yang sangat luas dengan kekayaan didalamnya, dengan pengelolaan yang tepat tanpa merusak ekosisitem yang ada merupakan suatu sumber ekonomi yang besar. Produksi yang dihasilkan meliputi kayu belahan, kayu bakar, bambu, rotan, damar dan sebagainya.
Kabupaten Poso memiliki Hutan Lindung seluas 299,170 Ha, Hutan Produksi Biasa Tetap seluas 79,144 Ha, Hutan Produksi Terbatas seluas 271,747 Ha, Hutan yang dapat Dikonversi seluas 34,157 Ha dan Hutan Suaka Alam serta Hutan Wisata seluas 145,452 Ha.
6.      Kabupaten Donggala
a.       Gambaran umum

Luas wilayah Kabupaten Donggala adalah 4.764.,83 Km2 atau 6,98 persen dari total luas wilayah Sulawesi Tengah. Kondisi topografis Kabupaten Donggala sangat bervariasi dengan kelerengan yang beragam. Puncak tertinggi pada kawasan tenggara kabupaten dengan ketinggian di atas   700 m dari permukaan laut.
b.      Potensi Daerah

Kabupaten Donggala memiliki kekayaan hayati yang beragam, salah satunya adalah jenis sayur-sayuran yang tumbuh subur di wilayah ini. Bawang merah merupakan komoditi sayuran dengan total produksi terbesar, disusul lombok, tomat, kacang-kacangan, terung dan ketimun.
Komoditas perkebunan yang dikembangkan dan merupakan produk andalan Kabupaten Donggala antara lain kelapa, kakao, kelapa sawit, cengkeh, kopi, lada dan jambu mete.
Kabupaten Donggala memilki areal hutan seluas 708.078 Ha, terdiri dari hutan lindung 323.995 Ha, hutan produksi biasa tetap seluas 11.624 Ha, hutan produksi terbatas seluas 294.427 Ha, hutan yang dapat dikonversi 33.296 Ha, hutan suaka alam dan hutan wisata seluas 135.736 Ha.
7.      Kabupaten Toli-Toli
a.       Gambaran umum
Luas wilayah Kabupaten Toli-toli adalah 4.079,77 Km2.
b.      Potensi Daerah

Komoditi tanaman perkebunan merupakan tanaman perdagangan yang cukup strategis di Kabupaten Toli-toli, karena merupakan sumber penghasilan devisa dan menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Adapun komoditas perkebunan yang dikembangkan antara lain: kelapa, kakao, kopi, cengkeh dan padi.
8.       Kabupaten Buol
a.       Gambaran umum
Wilayah Buol merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang beribukota di Biau. Adapun luas wilayah Kabupaten Buol adalah 4.043,57 Km2.
b.      Potensi Daerah
Sektor pertanian dalam arti luas menyebar pada seluruh wilayah dengan didominasi tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, coklat, cengkeh, kelapa, kopi, lada, dan tanaman pangan lainnya seperti padi, jagung, kedelai, dan kacang-kacangan. Potensi hortikultura berupa buah-buahan seperti jeruk, duku, mangga, pepaya, nanas dan rambutan memungkinkan untuk dikembangkan dalam skala besar karena didukung oleh kesuburan tanah, iklim, dan curah hujan yang cukup.
Kabupaten Buol memiliki areal hutan seluas 258.228 Ha, yang terdiri dari hutan lindung 63.602 Ha, hutan produksi biasa tetap 60.413 Ha, hutan produksi terbatas 100.341 Ha, hutan yang dapat dikonversi 24.070 Ha serta hutan suaka alam dan hutan wisata 9.802 Ha.
Kabupaten Buol memiliki potensi disektor perikanan. Untuk perikanan laut, potensinya berupa perairan luas mencapai 40.320 Km2 yang terbentang di sepanjang garis pantai dengan panjang 234.634 Km. Wilayah perairan tersebut memiliki potensi berkembangnya berbagai jenis ikan tuna, cakalang, tongkol, kerapu, napoleon, serta berbagai jenis ikan lainnya. Perkembangan usaha Budidaya di Kabupaten Buol mempunyai prospek yang cukup baik karena memilki perairan arus dengan kecepatan sedang dan mempunyai plankton yang cukup bagus.
9.      Kabupaten Parigi Moutong
a.       Gambaran umum

Luas wilayah Kabupaten Parigi Moutong adalah 6.231,85 Km2.
b.      Potensi Daerah
Kabupaten Parigi Moutong merupakan salah satu daerah agraris di Sulawesi Tengah sehingga sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam roda perekonomian dan merupakan penyumbang terbesar terhadap pembentukan Produk Domestik Regonel Bruto (PDRB) yaitu sebesar 52,98 persen. Adapun komoditas perkebunan  yang telah dikembangkan terdiri dari kakao, kelapa, cengkeh, kopi, kapuk, kemiri dan jambu mete.
Kabupaten Parigi Mouttong memiliki areal hutan seluas 396.236 Ha, terdiri dari hutan lindung 162.640 Ha, hutan produksi biasa tetap 22.467 Ha, hutan produksi terbatas 127.607 Ha, hutan yang dapat dikonversi 22.808 Ha, hutan suaka alam dan hutan wisata 60.714 Ha. Adapun jenis kayu yang dihasilkan terdiri dari meranti, palapi, nyatoh, motoa, cempaka, rimba campuran, rotan dan damar.
Jumlah potensi lestari di Kabupaten Parigi Moutong yang terkandung dalam wilayah laut khusus Teluk Tomini mencapai 68.000 ton/tahun, terdiri dari ikan pelagis dan ikan demersal.
10.   Kabupaten Tojo Una-Una
a.       Gambaran umum
Wilayah Kabupaten Tojo Una-Una terdiri atas wilayah daratan dan wilayah kepulauan dengan luas wilayah daratan 5.721,51 Km2 (8,41 persen) dan luas laut 3.566,21 Km2, dengan panjang pantai    951,115 Km.
b.      Potensi Daerah

 Kabupaten Tojo Una-Una adalah daerah agraris, sektor pertanian merupakan sektor yang memegang perana penting dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Adapun komoditas pertanian yang dikembangkan dan merupakan produk andalan Kabupaten Tojo Una-Una antara lain jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelei.
Kabupaten Tojo Una-Una memilki kekayaan hayati yang beragam, salah satunya adalah jenis sayur-sayuran dan buah-buahan yang tumbuh subur di wilayah ini, misalnya lombok, mangga, durian, nangka dan sirsak.
Luas hutan di Kabupaten Tojo Una-Una yaitu 25.832 Ha, yang terdiri dari hutan lindung 10.659 Ha, hutan produksi biasa tetap 11.759 Ha, hutan produksi terbatas 193 Ha dan hutan yang dapat dikonversi 3.221 Ha.
Adapun komoditas perkebunan yang dikembangkan dan merupakan produk andalan Kabupaten Tojo Una-Una antara lain kelapa, cengkeh, kopi, coklat, kemiri, jambu mete, dan sagu. Sedangkan potensi perikanan di Kabupaten Tojo Una-Una yang berada di kawasan strategis perairan Teluk Tomini cukup besar, usaha hasil tangkapan berupa ikan tuna, cakalang, layang, kerapu, kakap, napoleon, cumi-cumi, udang windu dan ikan hias.



11.  Kabupaten Sigi
a.       Gambaran umum
Luas wilayah Kabupaten Sigi adalah 5.706,88 Km2.
b.      Potensi  Daerah
Sektor pertanian di Kabupaten Sigi cukup memberikan kontribusi yang signifikan dalam perekonomian daerah dan memegang peranan penting dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Adapun sektor perkebunan di Kabupaten Sigi
Memiliki beberapa komoditi unggulan, antara lain : kakao, kelapa, kopi, cengkeh, vanili dan kemiri.




BAB III
PENUTUP

  A.    Kesimpulan
Berdasarkan letak geografis Provinsi Sulawesi Tengah, maka terdapat potensi-potensi dari    berbagai sektor, seperti sektor pertanian dan perkebunan, sektor  pertambangan, sektor perikanan serta sektor peternakan yang masing-masing terdapat di kota maupun di kabupaten sebagai sarana yang dapat mendukung perkembangan lingkungan hidup Sulawesi tengah dengan baik  yang di lakukan secarah berkesinambungan.
  B.     Saran
Dengan adanya berbagai potensi di daerah Sulawesi Tengah, diharapkan kepada pemerintah dan seluruh masyarakat Sulawesi Tengah untuk lebih berperan aktif dalam mengelola dan mengembangkan potensi-potensi yang ada sehingga potensi  tersebut dapat mendorong pengembangan lingkungan di wilayah itu.






3 komentar: