Entri Populer

Senin, 16 Januari 2012

MAKALAH PERMASALAHAN DAN SOLUSI MASYARAKAT PESISIR PANTAI DAN MASYARAKAT INDUSTRI

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sekitar 16,42 juta jiwa penduduk Indonesia merupakan masyarakat yang hidup di kawasan pesisir. Mereka bertempat tinggal di sedikitnya 8.090 desa pesisir yang tersebar di seluruh wilayah negeri ini.
Pilihan untuk hidup di kawasan pesisir tentu sangat relevan mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas sekitar 17.504 pulau dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km. Sepanjang wilayah pesisir memiliki potensi sumber daya alam hayati maupun non-hayati, sumber daya buatan serta jasa lingkungan yang sangat penting bagi penghidupan masyarakat.
Kondisi geografis yang memiliki garis pantai begitu panjang ditambah besarnya potensi perikanan yang ada, seharusnya mampu memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat yang mendiaminya. Berharap kemakmuran hidup dari potensi dan kekayaan alam yang ada tentu bukan keinginan yang muluk-muluk.
Namun, kondisi yang dialami sebagian besar masyarakat pesisir ternyata tak sepenuhnya sejahtera. Hal ini jika kita menengok hasil analisis beberapa lembaga, yang mengungkapkan tingkat kemiskinan atau Poverty Headcount Index (PHI) rata-rata 0,3241. Dengan begitu, artinya diindikasikan masih ada sekita 32% dari total masyarakat pesisir yang masuk kategori miskin.
Kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat pesisir sejatinya bukan cerita baru di negeri ini. Kemiskinan yang mereka alami sekan menjelma menjadi kemiskinan yang bersifat struktural. Masyarakat pesisir ditengarai masih berlum terpenuhi hak-hak dasarnya seperti pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan infrastruktur. Akibatnya masih cukup banyak anak nelayan miskin yang ikut terjebak dalam rantai kemiskinan sebagaimana yang dialami orang tuanya.
Pabrik industri pembuatan triplex merupakan satu-satunya pabrik triplex yang berdiri di Sulawesi Tengah. Hal ini mendapat respon positif dari pemerintah. Karena dengan berdirinya pabrik ini dapat mewujudkan program pemerintah untuk mengurangi pengangguran di Indonesia. Dimana salah satu program pemerintah 20 tahun kedepan sepanjang  tondo sampai pantoloan akan didirikan pabrik untuk menarik para investor datang ke Sulawesi Tengah.kendala  yang sekarang dihadapi pemerintah adalah masalah listrik yang tidak memadai.
Bahan baku pembuatan triplex ini adalah kayu jati yang diperoleh dari perkebunan rakyat.dimana kayu jati itu sendiri adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau.salah satunya adalah  Jati Putih yang termasuk tanaman penghasil kayu yang produktif. Tanaman jati putih berasal dari Asia Tenggara, di negara lain dikenal dengan nama Gamari atan Gumadi (India), Gamar (Bangladesh) atau Yemane (Myanmar). Banyak ditanam sebagai tanaman pelindung, sebagian besar dimanfaatkan sebagai tanaman komersil. Sekarang (Januari 2009) tanaman ini banyak ditanam di daerah Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Indonesia. Para petani tertarik dengan nilai kayu jenis ini. Semua bagian pohon dapat dimanfaatkan untuk dijual, mulai dari batang gelondongan, cabang bahkan ranting. Nilai ekonomis katu ini yang tinggi membuat tanaman ini ditanam dari tepi jalan, di kebun, di halaman dan sebagainya.
Dari data yang diperoleh dari pimpinan pabrik pembuatan triplex Jumlah pekerja di pabrik industri pembuatan triplex sebanyak 400 orang yang berasal dari  Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya tondo, kayu malue, pajeko, Taipa, taweli, pantoloan, wilayah Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kota Palu, di seluruh daerah di lembah antara Gunung Gawalise, Gunung Nokilalaki, Kulawi, dan Gunung Raranggonau. Mereka juga menghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi Kabupaten Parigi-Moutong, Kabupaten Tojo-Una Una, Kabupaten luwuk dan Kabupaten Poso serta mereka yang merantau.
Dari data diatas peneliti merasa tertarik untuk melihat dampak negative dan dampak positif bagi masyarakat dipesisir pantai serta masyarakat di sekitar pabrik triplek tersebut.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah peneliti adalah
a.       Bagaimana dampak negatif dan positif dari adanya pesisir pantai di sekitar masyarakat
b.      Bagaimana dampak positif dan negatif dari adanya industri pabrik pembuatan triplex di sekitar masyarakat
c.       Bagaimana solusi dari kedua permasalahan tersebut
C.     Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui dampak positif dan negatif  dari adanya pesisir pantai di sekitar masyarakat
2.      Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari adanya industri pabrik pembuatan triplex di sekitar masyarakat
3.      Untuk mengetahui solusi dari ke dua permasalahan tersebut




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Masyarakat Pesisir Pantai Yang Berada Di Kelurahan Kayu Malue Pajeko Rw 03 Rt 03
a.       Permasalahan
1.      Kebersihan pantai yang belum terurus mengakibtkan pencemaran udara karena tidak adanya kesadaran masyarakat disekitar pantai yang sering membuang sampah di pantai.
2.      Batu karang disekitar pesisir pantai masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar,oleh sebab itu pantai tersebut sering terjadi erosi sehingga tidak ada lagi penahan ombak.
b.      Dampak positif :
1.      Pantai itu digunakan oleh masyarakat sekitar sebagai tempat permandian
c.       Masalah kehidupan :
Mata pencaharian utama masyarakat pesisir pantai adalah sebagian besar sebagai pekerja di pabrik, bertani dan berkebun, mereka juga hidup sebagai nelayan dan berdagang antar pulau ke kalimantan.
Masyarakat pesisir pantai ini mempunyai hubungan kekerabatan serta kekeluargaan yang sangat nampak kerjasamanya pada kegiatan-kegiatan kebersihan pesisir pantai,pesta adat, kematian, perkawinan, dan kegiatan bertani yang disebut SINTUVU (kebersamaan/gotong royong).
Tidak adanya tindakan dari pemerintah pada kondisi pesisir pantai ini.dan pemerintah tidak menempatkan batas antara kelurahan kayu malue maupun kelurahan pajeko.
Disekitar pesisir pantai ini juga terdapat pabrik ikan kaleng, yang bahan utamanya ialah ikan tuna Ikan Tuna merupakan salah satu komoditi ekspor yang dapat menghasilkan devisa bagi Indonesia. Ikan Tuna Indonesia merupakan komoditi bernilai strategis, di pasarkan untuk mengisi permintaan pasar dunia dalam bentuk utuh, loin, dan Tuna siap saji dalam kemasan kaleng. Untuk memenuhi permintaan pasar, ikan Tuna harus memenuhi persyaratan keamanan pangan. Sebagian ekspor ikan Tuna Indonesia berasal dari Sulawesi Tengah namun seberapa besar kontribusi Sulawesi Tengah belum tercatat sebagai ekspor Tuna Sulawesi Tengah. Tidak tercatatnya ekspor Tuna Sulawesi Tengah disebabkan hasil produksi penangkapan Tuna Sulawesi Tengah baik dalam bentuk utuh maupun dalam bentuk Tuna loin, di kirim ke Surabaya, Jakarta, Bitung dan Gorontalo.
Tuna Sulawesi Tengah merupakan hasil penangkapan nelayan di perairan Selat Makassar dan Laut Sulawesi yang didaratkan  di PPI Donggala dan Ogotua dengan hasil penangkapan yang dijual ke perusahaan pengumpul PT. Era Mandiri Pratama di Kayu Malue Palu Utara dapat mencapai 4 ton/hari atau 104 ton/bulan pada musim ikan (April – Oktober), tujuan pemasaran Loin Tuna beku ke Jakarta. Untuk perairan Teluk Tolo, hasil penangkapan Tuna nelayan Kabupaten Banggai dan Banggai Kepulauan Loin bekunya di pasarkan ke Surabaya dan Jakarta. Hasil penangkapan di Buol di beli oleh pedagang pengumpul dari Bitung dan Gorontalo. Hasil penangkapan di Toli-Toli ke Gorontalo dan sebagian di kirim ke Jakarta, sedangkan yang dari Morowali di pasarkan ke Kendari. Hal ini menunjukan bahwa produksi Tuna Sulawesi Tengah tidak ada yang diekspor langsung. Total produksi Tuna Sulawesi Tengah pada 2009 sebesar 25.211,96 ton terdiri dari Albakora 710,43 ton, Madidihang 2.234,45 ton dan Cakalang 20.008,48 ton.
Gambaran pemasaran Tuna Sulawesi Tengah diatas menimbulkan suatu pertanyaan.  “Mengapa tidak di ekspor langsung dari Sulawesi Tengah?”. Masalahnya adalah:
1)      Berbagai persyaratan harus di penuhi oleh perusahaan pengekspor. Selain persyaratan
2)      Eksportir juga harus memahami prosedur ekspor. Sebagai panduan berikut adalah alur proses ekspor hasil perikanan.
Konsep pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan berfokus pada karakteristik ekosistem pesisir yang bersangkutan, yang dikelola dengan memperhatikan aspek parameter lingkungan, konservasi, dan kualitas hidup masyarakat, yang selanjutnya diidentifikasi secara komprehensif dan terpadu melalui kerjasama Masyarakat, Ilmuwan, dan Pemerintah, untuk menemukan strategi-strategi pengelolaan pesisir yang tepat  Saran 1) Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai parameter lingkungan di wilayah pesisir. 2) Diperlukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya partisipasi masyarakat pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan. 3) Di wilayah Indonesia yang secara geologis rentan bencana alam, mitigasi bencana perlu menjadi prioritas pemerintah daerah. 

B.  Masyarakat Industri Di Sekitar Pabrik Pembuatan Triplex Di Kayu Malue Palu
Pabrik industri pembuatan triplex merupakan satu-satunya pabrik triplex yang berdiri di Sulawesi Tengah. Hal ini mendapat respon positif dari pemerintah. Karena dengan berdirinya pabrik ini dapat mewujudkan program pemerintah untuk mengurangi pengangguran di Indonesia. Dimana salah satu program pemerintah 20 tahun kedepan sepanjang  tondo sampai pantoloan akan didirikan pabrik untuk menarik para investor datang ke Sulawesi Tengah.kendala  yang sekarang dihadapi pemerintah adalah masalah listrik yang tidak memadai.
Bahan baku pembuatan triplex ini adalah kayu jati yang diperoleh dari perkebunan rakyat.dimana kayu jati itu sendiri adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau.salah satunya adalah  Jati Putih yang termasuk tanaman penghasil kayu yang produktif. Tanaman jati putih berasal dari Asia Tenggara, di negara lain dikenal dengan nama Gamari atan Gumadi (India), Gamar (Bangladesh) atau Yemane (Myanmar). Banyak ditanam sebagai tanaman pelindung, sebagian besar dimanfaatkan sebagai tanaman komersil. Sekarang (Januari 2009) tanaman ini banyak ditanam di daerah Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Indonesia. Para petani tertarik dengan nilai kayu jenis ini. Semua bagian pohon dapat dimanfaatkan untuk dijual, mulai dari batang gelondongan, cabang bahkan ranting. Nilai ekonomis katu ini yang tinggi membuat tanaman ini ditanam dari tepi jalan, di kebun, di halaman dan sebagainya.



a.      Dampak Positif Dari Pembangunan Industri
1.       Menambah penghasilan penduduk sehingga meningkatkan kemakmuran
2.       Perindustrian menghasilkan aneka barang yang dibutuhkan oleh masyarakat.
3.      Perindustrian memperbesar kegunaan bahan mentah
4.      Usaha perindustrian dapat memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk
5.      Mengurangi ketergantungan Negara pada luar negeri.
6.      Dapat merangsang masyarakat utuk meningkatkan pengetahuan tentang industry
7.      Memberikan peluang lowongan kerja dengan merekrut tenaga kerja produktif yang berusia 17 tahun ke atas
8.      Program perusahaan untuk membantu pemerintah dalam mengurangi pengangguran ,baik yang putus sekolah,para janda, maupun penggangguran yang telah lama
b.      Dampak Negatif Dari Pembangunan Industri
1.      Adanya polusi udara akibat pembakaran sisa-sisa kayu
2.      Pabrik tersebut mengeluarkan suara yang bising




BAB II
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat pesisir sejatinya bukan cerita baru di negeri ini. Kemiskinan yang mereka alami sekan menjelma menjadi kemiskinan yang bersifat struktural. Masyarakat pesisir ditengarai masih berlum terpenuhi hak-hak dasarnya seperti pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan infrastruktur. Akibatnya masih cukup banyak anak nelayan miskin yang ikut terjebak dalam rantai kemiskinan sebagaimana yang dialami orang tuanya.
Oleh karena itu, upaya memberdayakan masyarakat pesisir dan membebaskan mereka dari kemiskinan dan keterbelakangan menjadi keharusan sebagai langkah awal dalam membangunan sektor kelautan. Untuk itu, kebijakan yang diterapkan pemerintah seharusnya lebih berpihak lagi pada pemangku kepentingan di wilayah pesisir.
Inilah kenyataan dan persoalan yang dihadapi bangsa kita. Kenyataan ini pula yang mendorong pemerintah terus mengupayakan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir maupun nelayan. Beragam program pun telah dijalankan pemerintah agar mereka bisa lebih berdaya.
Dan Setelah melakukan survei ke masyarakat yang tinggal disekitar pabrik industri pembuatan triplex ini ternyata pabrik ini mendapatkan respon positif dari warga sekitar,karena dengan berdirinya pabrik ini tdk ada lagi penggangguran dan tindak kejahatan yang dilakukan oleh para pemuda yang tidak bertanggung jawab.

1 komentar:

  1. Nadhy nanti dicantumin ya refrensi(daftar pustakanya) biar saya juga bisa ambil materinya nadhi untuk diskusu. terimakasih juga atas semuanya.

    BalasHapus