BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekitar
16,42 juta jiwa penduduk Indonesia merupakan masyarakat yang hidup di kawasan
pesisir. Mereka bertempat tinggal di sedikitnya 8.090 desa pesisir yang
tersebar di seluruh wilayah negeri ini.
Pilihan
untuk hidup di kawasan pesisir tentu sangat relevan mengingat Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terdiri atas sekitar 17.504 pulau dengan
panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km. Sepanjang wilayah pesisir memiliki
potensi sumber daya alam hayati maupun non-hayati, sumber daya buatan serta
jasa lingkungan yang sangat penting bagi penghidupan masyarakat.
Kondisi
geografis yang memiliki garis pantai begitu panjang ditambah besarnya potensi
perikanan yang ada, seharusnya mampu memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat
yang mendiaminya. Berharap kemakmuran hidup dari potensi dan kekayaan alam yang
ada tentu bukan keinginan yang muluk-muluk.
Namun,
kondisi yang dialami sebagian besar masyarakat pesisir ternyata tak sepenuhnya
sejahtera. Hal ini jika kita menengok hasil analisis beberapa lembaga, yang
mengungkapkan tingkat kemiskinan atau Poverty Headcount Index (PHI) rata-rata
0,3241. Dengan begitu, artinya diindikasikan masih ada sekita 32% dari total
masyarakat pesisir yang masuk kategori miskin.
Kemiskinan
dan keterbelakangan masyarakat pesisir sejatinya bukan cerita baru di negeri
ini. Kemiskinan yang mereka alami sekan menjelma menjadi kemiskinan yang
bersifat struktural. Masyarakat pesisir ditengarai masih berlum terpenuhi
hak-hak dasarnya seperti pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan
infrastruktur. Akibatnya masih cukup banyak anak nelayan miskin yang ikut
terjebak dalam rantai kemiskinan sebagaimana yang dialami orang tuanya.
Pabrik industri pembuatan
triplex merupakan satu-satunya pabrik triplex yang berdiri di Sulawesi Tengah.
Hal ini mendapat respon positif dari pemerintah. Karena dengan berdirinya
pabrik ini dapat mewujudkan program pemerintah untuk mengurangi pengangguran di
Indonesia. Dimana salah satu program pemerintah 20 tahun kedepan sepanjang tondo sampai pantoloan akan didirikan pabrik
untuk menarik para investor datang ke Sulawesi Tengah.kendala yang sekarang dihadapi pemerintah adalah
masalah listrik yang tidak memadai.
Bahan baku pembuatan
triplex ini adalah kayu jati yang diperoleh dari perkebunan rakyat.dimana kayu
jati itu sendiri adalah sejenis pohon
penghasil kayu
bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi
30-40 m.
Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau.salah satunya adalah Jati
Putih yang termasuk tanaman penghasil kayu yang produktif. Tanaman jati
putih berasal dari Asia Tenggara, di negara lain dikenal dengan nama Gamari
atan Gumadi (India),
Gamar (Bangladesh) atau Yemane (Myanmar).
Banyak ditanam sebagai tanaman pelindung, sebagian besar dimanfaatkan sebagai
tanaman komersil. Sekarang (Januari 2009) tanaman ini banyak ditanam di daerah
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi
Selatan, Indonesia. Para petani tertarik
dengan nilai kayu jenis ini. Semua bagian pohon dapat dimanfaatkan untuk
dijual, mulai dari batang gelondongan, cabang bahkan ranting. Nilai ekonomis
katu ini yang tinggi membuat tanaman ini ditanam dari tepi jalan, di kebun, di
halaman dan sebagainya.
Dari data yang diperoleh dari pimpinan pabrik
pembuatan triplex Jumlah
pekerja di pabrik industri pembuatan triplex sebanyak 400 orang yang berasal
dari Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya tondo, kayu malue, pajeko, Taipa,
taweli, pantoloan, wilayah Kabupaten
Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kota Palu, di seluruh
daerah di lembah antara Gunung Gawalise, Gunung Nokilalaki, Kulawi, dan Gunung Raranggonau. Mereka juga
menghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi Kabupaten Parigi-Moutong, Kabupaten Tojo-Una Una,
Kabupaten luwuk dan Kabupaten Poso serta mereka yang merantau.
Dari data
diatas peneliti merasa tertarik untuk melihat dampak negative dan dampak
positif bagi masyarakat dipesisir pantai serta masyarakat di sekitar pabrik
triplek tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan
masalah peneliti adalah
a. Bagaimana
dampak negatif dan positif dari adanya pesisir pantai di sekitar masyarakat
b. Bagaimana
dampak positif dan negatif dari adanya industri pabrik pembuatan triplex di
sekitar masyarakat
c. Bagaimana
solusi dari kedua permasalahan tersebut
C.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dampak positif dan
negatif dari adanya pesisir pantai di
sekitar masyarakat
2. Untuk mengetahui dampak positif dan
negatif dari adanya industri pabrik pembuatan triplex di sekitar masyarakat
3. Untuk mengetahui solusi dari ke dua
permasalahan tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masyarakat Pesisir Pantai Yang Berada Di
Kelurahan Kayu Malue Pajeko Rw 03 Rt 03
a. Permasalahan
1. Kebersihan pantai yang belum terurus
mengakibtkan pencemaran udara karena tidak adanya kesadaran masyarakat
disekitar pantai yang sering membuang sampah di pantai.
2. Batu karang disekitar pesisir pantai
masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar,oleh sebab itu pantai tersebut
sering terjadi erosi sehingga tidak ada lagi penahan ombak.
b. Dampak positif :
1. Pantai itu digunakan oleh masyarakat
sekitar sebagai tempat permandian
c. Masalah kehidupan :
Mata
pencaharian utama masyarakat pesisir
pantai adalah sebagian
besar sebagai pekerja di pabrik, bertani dan berkebun, mereka juga
hidup sebagai nelayan dan berdagang antar pulau ke kalimantan.
Masyarakat pesisir pantai ini
mempunyai hubungan kekerabatan serta kekeluargaan yang sangat nampak
kerjasamanya pada
kegiatan-kegiatan kebersihan
pesisir pantai,pesta adat, kematian, perkawinan, dan kegiatan
bertani yang disebut SINTUVU (kebersamaan/gotong royong).
Tidak
adanya tindakan dari pemerintah pada kondisi pesisir pantai ini.dan pemerintah
tidak menempatkan batas antara kelurahan kayu malue maupun kelurahan pajeko.
Disekitar
pesisir pantai ini juga terdapat pabrik ikan kaleng, yang bahan utamanya ialah
ikan tuna Ikan Tuna
merupakan salah satu komoditi ekspor yang dapat menghasilkan devisa bagi
Indonesia. Ikan Tuna Indonesia merupakan komoditi bernilai strategis, di
pasarkan untuk mengisi permintaan pasar dunia dalam bentuk utuh, loin, dan Tuna
siap saji dalam kemasan kaleng. Untuk memenuhi permintaan pasar, ikan Tuna
harus memenuhi persyaratan keamanan pangan. Sebagian ekspor ikan Tuna Indonesia
berasal dari Sulawesi Tengah namun seberapa besar kontribusi Sulawesi Tengah
belum tercatat sebagai ekspor Tuna Sulawesi Tengah. Tidak tercatatnya ekspor
Tuna Sulawesi Tengah disebabkan hasil produksi penangkapan Tuna Sulawesi Tengah
baik dalam bentuk utuh maupun dalam bentuk Tuna loin, di kirim ke Surabaya,
Jakarta, Bitung dan Gorontalo.
Tuna Sulawesi Tengah merupakan hasil
penangkapan nelayan di perairan Selat Makassar dan Laut Sulawesi yang
didaratkan di PPI Donggala dan Ogotua dengan hasil penangkapan yang
dijual ke perusahaan pengumpul PT. Era Mandiri Pratama di Kayu Malue Palu Utara
dapat mencapai 4 ton/hari atau 104 ton/bulan pada musim ikan (April – Oktober),
tujuan pemasaran Loin Tuna beku ke Jakarta. Untuk perairan Teluk Tolo, hasil penangkapan
Tuna nelayan Kabupaten Banggai dan Banggai Kepulauan Loin bekunya di pasarkan
ke Surabaya dan Jakarta. Hasil penangkapan di Buol di beli oleh pedagang
pengumpul dari Bitung dan Gorontalo. Hasil penangkapan di Toli-Toli ke
Gorontalo dan sebagian di kirim ke Jakarta, sedangkan yang dari Morowali di
pasarkan ke Kendari. Hal ini menunjukan bahwa produksi Tuna Sulawesi Tengah
tidak ada yang diekspor langsung. Total produksi Tuna Sulawesi Tengah pada 2009
sebesar 25.211,96 ton terdiri dari Albakora 710,43 ton, Madidihang 2.234,45 ton
dan Cakalang 20.008,48 ton.
Gambaran pemasaran Tuna Sulawesi
Tengah diatas menimbulkan suatu pertanyaan. “Mengapa tidak di ekspor
langsung dari Sulawesi Tengah?”. Masalahnya adalah:
1) Berbagai persyaratan harus di penuhi
oleh perusahaan pengekspor. Selain persyaratan
2) Eksportir juga harus memahami
prosedur ekspor. Sebagai panduan berikut adalah alur proses ekspor hasil
perikanan.
Konsep pengelolaan
wilayah pesisir secara berkelanjutan berfokus pada karakteristik ekosistem
pesisir yang bersangkutan, yang dikelola dengan memperhatikan aspek parameter
lingkungan, konservasi, dan kualitas hidup masyarakat, yang selanjutnya
diidentifikasi secara komprehensif dan terpadu melalui kerjasama Masyarakat,
Ilmuwan, dan Pemerintah, untuk menemukan strategi-strategi pengelolaan pesisir
yang tepat Saran 1) Diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai parameter lingkungan di wilayah pesisir. 2)
Diperlukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya partisipasi
masyarakat pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan. 3) Di wilayah
Indonesia yang secara geologis rentan bencana alam, mitigasi bencana perlu
menjadi prioritas pemerintah daerah.
B. Masyarakat Industri Di Sekitar Pabrik
Pembuatan Triplex Di Kayu Malue Palu
Pabrik industri pembuatan triplex merupakan satu-satunya pabrik triplex
yang berdiri di Sulawesi Tengah. Hal ini mendapat respon positif dari
pemerintah. Karena dengan berdirinya pabrik ini dapat mewujudkan program
pemerintah untuk mengurangi pengangguran di Indonesia. Dimana salah satu
program pemerintah 20 tahun kedepan sepanjang
tondo sampai pantoloan akan didirikan pabrik untuk menarik para investor
datang ke Sulawesi Tengah.kendala yang
sekarang dihadapi pemerintah adalah masalah listrik yang tidak memadai.
Bahan baku pembuatan
triplex ini adalah kayu jati yang diperoleh dari perkebunan rakyat.dimana kayu
jati itu sendiri adalah sejenis pohon
penghasil kayu
bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi
30-40 m.
Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau.salah satunya adalah Jati
Putih yang termasuk tanaman penghasil kayu yang produktif. Tanaman jati
putih berasal dari Asia Tenggara, di negara lain dikenal dengan nama Gamari
atan Gumadi (India),
Gamar (Bangladesh) atau Yemane (Myanmar).
Banyak ditanam sebagai tanaman pelindung, sebagian besar dimanfaatkan sebagai
tanaman komersil. Sekarang (Januari 2009) tanaman ini banyak ditanam di daerah
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi
Selatan, Indonesia. Para petani tertarik
dengan nilai kayu jenis ini. Semua bagian pohon dapat dimanfaatkan untuk
dijual, mulai dari batang gelondongan, cabang bahkan ranting. Nilai ekonomis
katu ini yang tinggi membuat tanaman ini ditanam dari tepi jalan, di kebun, di
halaman dan sebagainya.
a. Dampak Positif Dari Pembangunan Industri
1. Menambah penghasilan penduduk sehingga
meningkatkan kemakmuran
2. Perindustrian menghasilkan aneka barang yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
3. Perindustrian memperbesar kegunaan
bahan mentah
4. Usaha perindustrian dapat memperluas
lapangan pekerjaan bagi penduduk
5. Mengurangi ketergantungan Negara
pada luar negeri.
6. Dapat merangsang masyarakat utuk
meningkatkan pengetahuan tentang industry
7. Memberikan peluang lowongan kerja
dengan merekrut tenaga kerja produktif yang berusia 17 tahun ke atas
8. Program perusahaan untuk membantu
pemerintah dalam mengurangi pengangguran ,baik yang putus sekolah,para janda,
maupun penggangguran yang telah lama
b. Dampak
Negatif Dari Pembangunan Industri
1. Adanya polusi udara akibat
pembakaran sisa-sisa kayu
2. Pabrik tersebut mengeluarkan suara
yang bising
BAB II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kemiskinan dan keterbelakangan
masyarakat pesisir sejatinya bukan cerita baru di negeri ini. Kemiskinan yang
mereka alami sekan menjelma menjadi kemiskinan yang bersifat struktural.
Masyarakat pesisir ditengarai masih berlum terpenuhi hak-hak dasarnya seperti
pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan infrastruktur. Akibatnya masih
cukup banyak anak nelayan miskin yang ikut terjebak dalam rantai kemiskinan
sebagaimana yang dialami orang tuanya.
Oleh karena itu, upaya memberdayakan
masyarakat pesisir dan membebaskan mereka dari kemiskinan dan keterbelakangan
menjadi keharusan sebagai langkah awal dalam membangunan sektor kelautan. Untuk
itu, kebijakan yang diterapkan pemerintah seharusnya lebih berpihak lagi pada
pemangku kepentingan di wilayah pesisir.
Inilah kenyataan dan persoalan yang
dihadapi bangsa kita. Kenyataan ini pula yang mendorong pemerintah terus
mengupayakan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir maupun
nelayan. Beragam program pun telah dijalankan pemerintah agar mereka bisa lebih
berdaya.
Dan Setelah melakukan survei ke masyarakat yang
tinggal disekitar pabrik industri pembuatan triplex ini ternyata pabrik ini
mendapatkan respon positif dari warga sekitar,karena dengan berdirinya pabrik
ini tdk ada lagi penggangguran dan tindak kejahatan yang dilakukan oleh para
pemuda yang tidak bertanggung jawab.
Nadhy nanti dicantumin ya refrensi(daftar pustakanya) biar saya juga bisa ambil materinya nadhi untuk diskusu. terimakasih juga atas semuanya.
BalasHapus